Prof DR Tjut Sugandawaty Djohan M.Sc ketika pidato di hadapan Guru Besar UGM Yogyakarta Senin (21/09/20) pagi. |
Prof. DR. Tjut Sugandawaty Djohan M.Sc lahir di Sabang tanggal 12 September 1953 merupakan Putri dari Alm. Teuku Djohan Pahlawan dan Rohani asal Kota Sabang. Dia melaksanakan studynya ke Universitas Gajah Mada (UGM) dan berhasil meraih gelar B.Sc pada bidang Bilologi pada tahun 1976. Selanjutnya dia kembali meraih gelar Dra. Biologi di UGM pada tahun 1978.
Selanjutnya dia kembali meniti kariernya pada tahun 1983 meraih Diploma Penginderan Jauh, PUSPICS – BAKOSURTANAL Fakultas Geologi Universitas Gajah Mada. Kemabali dia meraih gelar M.Sc di California USA pada bidang Ecologi, Graduate Group of Ecologi, Department of Environmental Science and Policy, Univercity of California at Davis USA.
Berhasil meraih gelar Ph.D in Ecoligi, Graduate Group of Ecologi, Department of Environmental Science and Policy, Univercity of California at Davis USA pada tahun 1994. Tjut Sugandawaty Djohan beralamat tinggal di Laboratorium Ekologi dan Konservasi, Fakultas Biologi Universitas Gajah Mada Yogyakarta 55285, dan dengan email tjutdjohan@ugm.ac.id.
Prof DR Tjut Sugandawaty M.Sc berdasarkan Kepututusan Menristek dan Pendidikan Tinggi Nomor 35743/A 4.3/KP. 2015. Dr Tjut Sugandawaty M.Sc menjadi Guru Besar bidang Ekologi pada Univewrsitas Gajah Mada TMT 01 05 2015 Nip. 19530912 198003 2 002 Pangkat/Golongan III/c dan diberikan tunjangan Fungsional sebagaimana jabatannya.
Prof. DR Tjut Sugandawaty M.sc pada pidato pengukuhannya dengann judul “ Krisis Ekologi Tantangan dan Harapan “ menjelaskan mengapa diambilnya judul ini mengatakan, kerusakan ekosistem alam tropika terjadi terus padahal ekosistem tersebut merupakan pusat kegiatan keaneka ragaman hayati dan memberikan jasa kepada umat manusia .
Bahkan ekosistem tersebut telah hilang dan berubah bentuk menjadi ekosistem buatan, misalnya Perkebunan dalam skala besar. Kerusakan ekosistem Hutan Hujan tropika menyebabkan hilangnya populasi berbagai species atau kepunahan species telah menyebabkan berubahnya struktur komunitas dan rusaknya keaneka ragaman hayati, baik pada tingkat GEN Species dan komunitas dalam ekosistem sehingga ekosistem kehilangan jasanya, kata Tjut Sugandawaty.
Dijelaskannya, Iklim Bumi pada saat ini terganggu antara lain, oleh kombinasi antara penggundulan hutan tropika dan alih fungsi hutan ekosistem hutan. Hal ini semakin diperburuk dengan Polusi di Atmosfir dengan perubahan iklim global. Situasi yang rawan ini semakin diperburuk lagi oleh Distribusi kekayaan yang tidak merata, tekanan kemiskinan di negara negara tropika yang kaya oleh keaneka ragaman hayati juga semakin memperburuk keadaan.
Kerusakan lingkungan kebanyakan bersifat sinergi, kombinasi antara penebangan hutan tropika hujan asam perubahan iklim pencemaran sungai dan laut yang tidak terkontrol. Tidak ada lagi karbon suercrasion oleh pohon pohon penyusun komunitas hutan, apa yangb buruk keanekaragaman hayati juga buruk terhadap umat manusia. Manusia sangat tergantung dengan kominitas alam, untuk memperoleh air bersih, udara bersih dan obat obatan, bahan mentah, dan semua ini jasa yang diberikan oleh alam secara cuma Cuma.
Pada tahun 2050 penduduk Bumi di ekstimasi akan mencapai 10 milyar, padahal bumi ini tidak bertambah luas. Artinya eksploitasi terhadapo Sumber Daya Alam (SDA) termasuk keaneka ragaman hayati termasuk tingkat populasi penyusun komuniotas dalam ekosistem semakin meningkat . Tapi dalam menghadapi keadaan tersebut kita harus bersikap positif, Inovasi dan kreatifitas harus berkembang. Dan dunia tidak akan diam, PBB melakukan berbagai usaha agar dapat hidup bersama alam, tukas Prof DR Tjut Sugandawaty Djohan M.Sc. (Tiopan AP)
from MOKI I Kabar-Investigasi.com https://ift.tt/3kyxAe0
Berita Viral
No comments:
Post a Comment