MOKI, Sumenep - Anjlok harga garam membuat petani garambKabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur menjerit, hal disebabkan oleh serapan dan harga garam yang dihasilkan oleh petani garam di Sumenep rendah.
H. Ubet salah satu peserta audensi mengatakan saat ini harga garam yang dihasilkan oleh petani lokal menuai harga terburuk dalam beberapa tahun terakhir. Dia menyebut harga garam hasil petani dikisaran Rp 350 ribu per ton.
"Jadi sekrang produksi garam sudah mulai dan hasilnya cukup menggembirakan. Namun yang kami cemaskan rendahnya serapan dan harga yang tidka mendukung. Bahkan harga saat ini adalah yang terendah di perusahaan dalam dua tahun terakhir," katanya, Selasa (2/6/19).
Pihaknya berharap perhatian pemerintah untuk menstabilkan harga dan memperhatikan nasib petani garam. Salah satunya pemerintah harus mengurangi dan membatasi impor garam.
"Pemerintah harus membatasi garam impor,"harapannya.
Menurutnya, pemerintah harus mengembalikan aneka pangan industri terhadap aneka pangan konsumsi. Karena saat ini aneka pangan industri dipenuhi dengan garam impor, padahal kata dia, pangan industri dapat dipenuhi dengan garam lokal.
"Ini perlu langkah-langkah perjuangan bersama antara petani garam, wakil kita yang ada di DPRD, ataupun pemerintah daerah dalam hal ini Pak Bupati untuk memperjuangkan nasib kita sebagai petambak garam," cetusnya.
Lanjut dia, kalau dalam waktu dekat harga garam tidak stabil, maka kami akan menutup akses jalan Suramadu.
"Kami akan buang seluruh garam yang dihasilkan disana," tegasnya.
Sementara itu, Akis Jazuli, anggota Komisi II DPRD Sumenep berjanji akan memperjuangkan nasib petani garam. Pihak legislatif akan berupaya mendesak pemerintah dan PT. Garam untuk mengambil langkah menstabilkan harga garam.
“Yang pertama kami akan memberikan rekomendasi pada eksekutif dalam hal ini bahwa apa yang menjadi kebutuhan petani seperti serapan yang rendah agar tidak rendah lagi. Rekomendasi itu agar dikawal juga hingga ke Provinsi, agar didengar juga oleh Ibu Gubernur,” pungkasnya. (Sar)
H. Ubet salah satu peserta audensi mengatakan saat ini harga garam yang dihasilkan oleh petani lokal menuai harga terburuk dalam beberapa tahun terakhir. Dia menyebut harga garam hasil petani dikisaran Rp 350 ribu per ton.
"Jadi sekrang produksi garam sudah mulai dan hasilnya cukup menggembirakan. Namun yang kami cemaskan rendahnya serapan dan harga yang tidka mendukung. Bahkan harga saat ini adalah yang terendah di perusahaan dalam dua tahun terakhir," katanya, Selasa (2/6/19).
Pihaknya berharap perhatian pemerintah untuk menstabilkan harga dan memperhatikan nasib petani garam. Salah satunya pemerintah harus mengurangi dan membatasi impor garam.
"Pemerintah harus membatasi garam impor,"harapannya.
Menurutnya, pemerintah harus mengembalikan aneka pangan industri terhadap aneka pangan konsumsi. Karena saat ini aneka pangan industri dipenuhi dengan garam impor, padahal kata dia, pangan industri dapat dipenuhi dengan garam lokal.
"Ini perlu langkah-langkah perjuangan bersama antara petani garam, wakil kita yang ada di DPRD, ataupun pemerintah daerah dalam hal ini Pak Bupati untuk memperjuangkan nasib kita sebagai petambak garam," cetusnya.
Lanjut dia, kalau dalam waktu dekat harga garam tidak stabil, maka kami akan menutup akses jalan Suramadu.
"Kami akan buang seluruh garam yang dihasilkan disana," tegasnya.
Sementara itu, Akis Jazuli, anggota Komisi II DPRD Sumenep berjanji akan memperjuangkan nasib petani garam. Pihak legislatif akan berupaya mendesak pemerintah dan PT. Garam untuk mengambil langkah menstabilkan harga garam.
“Yang pertama kami akan memberikan rekomendasi pada eksekutif dalam hal ini bahwa apa yang menjadi kebutuhan petani seperti serapan yang rendah agar tidak rendah lagi. Rekomendasi itu agar dikawal juga hingga ke Provinsi, agar didengar juga oleh Ibu Gubernur,” pungkasnya. (Sar)
from MOKI I Media Online Kabar Investigasi https://ift.tt/2XhdpFB
Berita Viral
No comments:
Post a Comment