August 01, 2018

Perang Besar SBY vs Mega dan Jokowi

| August 01, 2018 |

posmetroinfo - Pengamat politik dari Universitas Indonesia (UI) Muslim Arbi mengatakan, bisa iya atau juga tidak dalam Pilpres 2019 ada perang besar antara SBY, Mega, Jokowi. Karena yang terjadi sesungguhnya adalah permusuhan abadi antara SBY vs Mega sejak SBY mundur dari Kabinet Mega. Apalagi SBY menang dua periode kepresidenannya 2004-2009 dan 2009-2014. 

"Ini persoalan utamanya. Lalu Mega kelihatannya membalas sakit hatinya atas SBY dan kekalahan PDIP selama 10 tahun itu dengan memanfaatkan Jokowi," ujarnya.

Lebih lanjut Muslim mengatakan, dalam Pilkada Jawa Timur kemarin, sebenarnya tidak ada perang antara SBY dan Jokowi. Karena keduanya malah bersekutu dan berhasil membuat   Khofifah menang. Yang menunjukan bahwa SBY dan Jokowi menang walaupun pada kampanye sempat mendukung pasangan Saifullah Yusuf-Puti Guntur Soekarno.

"Pada Pilpres 2019 ini, pertarungan itu makin seru lagi dengan framming koalisi antara SBY dengan Prabowo sebagai pionnya lawan Mega dan gank nya Jokowi sebagai pionnya," paparnya.

Muslim menuturkan, jika Jokowi mau cari aman maka menit terakhir pendaftaran peserta Pilpres 2019 bisa merapat ke SBY. Apalagi jika kans SBY lebih kuat dan bakal menang calon nya maka bisa saja Jokowi menyerah pada SBY dan meninggalkan Mega. Hal ini dapat terlihat dari dahsyatnya gerakan tagar #2019GantiPresiden 2019. 

Fenomena #2019GantiPresiden ini pasti akan jadi kalkulasi cermat dari SBY maupun Mega di Pilpres 2019.

"Dan ini bisa membuat Mega dan PDIP hancur seperti gambaran pada pilkada lalu. Selain itu jangan sampai posisi tawar ulama dan umat pada Ijtima Ulama dimanfaatkan oleh SBY saja. Apalagi kecenderungan Jokowi dan Mega yang terkesan lindungi Ahok pada kasus penistaan agama sehingga membuat ulama dan umat makin solid untuk menghadapi isu-isu nasional pada Pilpres 2019. Ulama dan Umat jangan sampai hanya menjadi alat untuk mendorong dan perkuat SBY dalam pertempuran ini. Ulama dan umat harus punya posisi tawar yang kuat," jelasnya.

Harus Damai

Pengamat politik dari Universitas Bung Karno (UBK) Cecep Handoko mengatakan, para tokoh nasional seperti Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Megawati dan Joko Widodo (Jokowi) untuk tidak mengedepankan kepentingan golongan.

"Mereka (tokoh nasional SBY, Megawati dan Jokowi) harus damai. Usia mereka juga sudah pada tua," ujar Cecep menanggapi bakal terjadi perang besar antara SBY vs Mega vs Jokowi di Pilpres 2019 mendatang.

Cecep menyayangkan jika para tokoh nasional tersebut saling serang lewat statement sehingga membuat keruh atau panas situasi politik di Indonesia. Padahal mereka mangaku untuk kemajuan Indonesia. Tapi nyatanya mereka malah tidak membuat maju Indonesia karena di antara mereka saling menyerang dalam berbagai pernyataan.

"Jika pun para elite tersebut memiliki kepentingan berbeda namun tidak saling hujat. Tapi masing-masing pihak menunjukkan prestasinya karena masyarakat pasti menilainya," jelasnya.

Terkait berapa besar di antara tokoh nasional tersebut yang dapat meraih simpati rakyat, Cecep mengungkapkan, secara matematis Jokowi masih memiliki kans besar di banding tokoh nasional lainnya. Begitu pula jika dibandingkan dengan koalisi SBY dan Gerindra guna mengalahkan Jokowi.

"Apalagi kalau pihak oposisi masih kejebak dengan narasi politik identitas akan sulit mengalahkan Jokowi," paparnya.

Terkait banyak pihak yang menilai Jokowi gagal sebagai pimpinan negara, Cecep menuturkan, hal tersebut merupakan penilaian seseorang yang bisa diperdebatkan. Jika pun gagal maka kinerja Jokowi bisa diuji.  Apalagi mesin politik Jokowi di luar parpol atau relawan cukup solid dan banyak bermunculan organ relawan baru pendukung pemerintah. [htc]


from POSMETRO INFO https://ift.tt/2O1jIst

No comments:

Post a Comment

Back to Top