Bapak Edo Dumatubun |
Namun jika fungsi dari mobil ambulance itu dilakoni (dilakukan) oleh seorang manusia biasa ? hal itu tentu sebagai sesuatu hal yang sangat luar biasa dan langka.
Di kepulauan Kei (kabupaten Maluku Tenggara) tepatnya di Desa Langgur, antara tahun 1973 hingga 1983, ada sosok seorang pria yang dijuluki “Manusia Ambulance” bernama Bapak Edo Dumatubun, yang pada waktu itu bekerja di sebuah bengkel yakni bengkel misi di Langgur.
Kepada media ini di rumahnya di Langgur, Selasa (29/10), bapak Edo Dumatubun menceritakan suka-dukanya ketika dengan ikhlas dan penuh cinta melakoni tugasnya sebagai pengantar jenazah.
“Saya bukan tidak di rumah sakit langgur, saya waktu itu bekerja di bengkel misi saja. waktu itu ada anak satu meninggal di rumah sakit Langgur maka beberapa pegawai di rumah sakit itu minta tolong saya mengantar,” ujarnya.
Menurut Dumatubun, pada waktu itu tidak ada satupun pegawai rumah sakit Langgur yang berani mengantar jenazah kembali ke keluarga di kampung-kampung karena pada waktu itu belum ada mobil ambulance.
“Pegawai-pegawai rumah sakit langgur waktu itu tidak ada yang berani antar jenasah pulang ke kampung-kampung. Belum ada mobil ambulance waktu itu dan mereka minta tolong saya untuk antar jenazah (mayat) ke kampung. Saya antar dari rumah sakit langgur hanya dengan jalan kaki saja,” ungkapnya.
Dumatubun saat itu masih berusia 45 tahun, mengantar jenazah (usia anak-anak dan remaja) dengan cara digendong atau dipikul.
“Saya antar jenazah itu dengan cara menggendong atau pikul. Pernah saya antar jenazah malam-malam ke desa Danar (kampung Islam). Dulu itu rumah masih atap gaba-gaba samua, sekarang rumah semua sudah permanen jadi sekarang saya tidak tahu dong tinggal dimana,” katanya.
“Saya antar jenazah dari rumah sakit langgur jam 10 malam sampai di Desa Danar itu jam 10 pagi. Setelah saya sampai di kampung dan serahkan jenazah ke keluarga habis itu langsung saya pulang,” katanya menambahkan.
Dumatubun mengungkapkan selama melakukan aktifitas mengantar jenazah itu dia melakukannya sendiri tanpa bantuan dari orang lain maupun bantuan peralatan lainnya.
“Selama saya jalani pekerjaan itu kurang lebih 20 jenazah yang diantar, separuh saya antara siang dan ada juga malam. Ada yang saya antar jam 8, jam 9, jam 10 ada pula yang jam 11. Itu semua saya antar malam-malam,” bebernya.
Bapak Edo Dumatubun, melakoni tugas mulia itu dari tahun 1973 hingga 1983, pada tahun 1983 dirinya pensiun dari aktifitas sebagai “Manusia Ambulance” karena saat itu sudah ada mobil ambulance.
“Tahun-tahun 1973 keatas itu belum ada jalan aspal, semua masih hutan rimba, belum ada rencana biklin aspal juga. Semua masih jalan tanah saja, baru sepanjang jalan itu berdiri pohon-pohon besar,” tukasnya.
Kabiro Malukupost Malra Gerald Leisubun bersama bapak Edo Dumatubun |
Selain itu juga, pada waktu warga masyarakat sangat susah mencari uang untuk membayar biaya pengobatan. Terkadang keluarga menggali hasil kebun baru diantar ke rumah sakit sebagai bayaran agar anak mereka bisa keluar.
“Waktu itu kita semua hidup kasihan, susah cari uang dan juga tidak ada perhubungan maka pihak rumah sakit waktu minta tolong saya antar jenazah. Dan sejak itu setiap ada anak-anak atau meninggal di rumah sakit langgur dan harus diantar pulang ke kampung maka saya dengan ikhlas dan penuh cinta menghantar,” tuturnya dengan wajah sedih.
Diungkapkan Dumatubun, sejumlah desa sudah pernah dilalui oleh dirinya untuk menghantar jenazah kepada keluarga, yakni desa Danar, desa Abean/ Watngon, Dian Darat, Kolser, Ngilngof, dan yang paling banyak yakni ke desa Watran.
“Saya tidak rasa takut sedikitpun, karena saya lakukan itu dengan ikhlas dan penuh cinta. Saya tidak butuh apa-apa dari rumah sakit atau pemda, karena saya lakukan saat itu adalah murni rasa kemanusiaan saya. Saya tidak pernah minta dibayar satu sen pun,” urainya.
Pria asal desa Langgur tersebut percaya akan kuasa dan kasih Tuhan selama melakoni pekerjaan sebagai pengantar jenazah tersebut.
“Saya percaya yang tertulis di kitab suci bahwa kalau ada orang yang susah harus ditolong, siapa yang telanjang harus kita kasih pakaian,” tukasnya.
Bapak Edo Dumatubun memasuki usia 70 tahun dikaruniai 7 orang anak (putera-puteri), menghabisi kesehariannya yakni sebagai petani (berkebun). Hasil dari berkebun tersebut selanjutnya dijual ke pasar.
Bapak Edo Dumatubun, “Manusia Ambulance”, sungguh Mulia jiwa dan raganya. Mengabdi degan penuh cinta dan ikhlas tanpa bayaran apapun selama bertahun-tahun sebagai pengantar jenazah.
(MP-15)
from Malukupost.com https://ift.tt/2pbKZSx
#beritaviral
No comments:
Post a Comment