MOKI, Nias Barat-Pekerjaan proyek pengaspalan jalan (hotmix) dan Peningkatan badan jalan di Jalan Bawadasi-Simpang Tiga Lahomi Kabupaten Nias Barat bersumber dari APBD Nias Barat dengan pagu dana Rp 6 miliar lebih belum seumur jagung sudah dibongkar kembali pada beberapa titik. Pembongkaran jalan tersebut pada beberapa titik diduga karena kurang berkualitas. Proyek tersebut dikerjakan oleh PT STM. Menjadi bahan pembicaraan masyarakat sekitar. Banyak masyarakat yang menyesalkan pekerjaanya yang terkesan asal-asalan, sehingga menuai protes dari warga.
Pantauan sejumlah wartawan, belum lama ini, terlihat di beberpa titik jalan tersebut telah dibongkar kembali dan bahkan beberapa pinggiran jalan yang di hotmix itu juga sudah mulai retak dan kondisi di beberapa titik jalan yang sudah di hotmix itu terlihat kurang padat. Kondisinya sudah ada tampalan, bergelombang dan kasar. Diduga tipisnya aspal membuat kerikil menonjol kepermukaan jalan sehingga dinilai dapat cepat terkelupas jika hujan turun.
Sementara, informasi yang dihimpun dari sejumlah warga setempat menyebutkan, pengaspalan jalan itu juga dilakukan pada malam hari bulan Januari 2019. Padahal proyek tersebut harus selesai pada Tahun berkenan yakni Tahun 2018 . Karena dana proyek itu bersumber dari APBD Nias Barat Tahun 2018. Tak hanya itu, pengaspalan secara hotmix di beberapa titik jalan tersebut juga dilakukan pada saat hujan turun sehingga kualitas jalan diragukan.
Mereka juga menuturkan, adanya sejumlah titik jalan yang dibongkar diduga karena kualitas hotmix diragukan. Selain itu, pengerjaan secara hotmix jalan tersebut juga di beberapa titik, diduga dilakukan saat hujan turun. Oleh itu, mereka meminta aparat penegak hukum supaya melakukan penyelidikan terkait pengerjaan proyek tersebut.
Salah seorang warga bermarga Daeli saat ditemui di lokasi proyek mengaku, sangat kecewa melihat realisasi pekerjaan proyek jalan tersebut.
“Pekerjaan proyek sangat tidak wajar sehingga mengecewakan masyarakat. Sebab terkesan dikerjakan asal jadi, dari bahan aspal pun sudah terlihat bening sampai ada aspal hotmix dikupas diangkat lagi,” ujar salah satu warga yang enggan disebutkan namanya dengan nada kesal, kemarin.
Menurut dia, buruknya kualitas pekerjaan proyek tersebut disebabkan karena material aspal hotmix yang digunakan tidak berkualitas bagus (belum betul-betul masak) dan juga disebabkan karena penimbunan base jalan tidak benar-benar padat, sehingga aspal hotmix mudah hancur saat dilintasi kendaraan.
Bahkan salah satu Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang ada di Kepulauan Nias akan melaporkan pengerjaan proyek tersebut ke pihak aparat penegak hukum.
Sementara, Kepala Dinas PUPR Nias Barat, Elyunus Waruwu saat dikonfirmasi terkait ini lewat pesan Whatsapp, Senin, (25/03/2019) tidak dibalas sampai diturunkan berita ini. (doeha)
Pantauan sejumlah wartawan, belum lama ini, terlihat di beberpa titik jalan tersebut telah dibongkar kembali dan bahkan beberapa pinggiran jalan yang di hotmix itu juga sudah mulai retak dan kondisi di beberapa titik jalan yang sudah di hotmix itu terlihat kurang padat. Kondisinya sudah ada tampalan, bergelombang dan kasar. Diduga tipisnya aspal membuat kerikil menonjol kepermukaan jalan sehingga dinilai dapat cepat terkelupas jika hujan turun.
Sementara, informasi yang dihimpun dari sejumlah warga setempat menyebutkan, pengaspalan jalan itu juga dilakukan pada malam hari bulan Januari 2019. Padahal proyek tersebut harus selesai pada Tahun berkenan yakni Tahun 2018 . Karena dana proyek itu bersumber dari APBD Nias Barat Tahun 2018. Tak hanya itu, pengaspalan secara hotmix di beberapa titik jalan tersebut juga dilakukan pada saat hujan turun sehingga kualitas jalan diragukan.
Mereka juga menuturkan, adanya sejumlah titik jalan yang dibongkar diduga karena kualitas hotmix diragukan. Selain itu, pengerjaan secara hotmix jalan tersebut juga di beberapa titik, diduga dilakukan saat hujan turun. Oleh itu, mereka meminta aparat penegak hukum supaya melakukan penyelidikan terkait pengerjaan proyek tersebut.
Salah seorang warga bermarga Daeli saat ditemui di lokasi proyek mengaku, sangat kecewa melihat realisasi pekerjaan proyek jalan tersebut.
“Pekerjaan proyek sangat tidak wajar sehingga mengecewakan masyarakat. Sebab terkesan dikerjakan asal jadi, dari bahan aspal pun sudah terlihat bening sampai ada aspal hotmix dikupas diangkat lagi,” ujar salah satu warga yang enggan disebutkan namanya dengan nada kesal, kemarin.
Menurut dia, buruknya kualitas pekerjaan proyek tersebut disebabkan karena material aspal hotmix yang digunakan tidak berkualitas bagus (belum betul-betul masak) dan juga disebabkan karena penimbunan base jalan tidak benar-benar padat, sehingga aspal hotmix mudah hancur saat dilintasi kendaraan.
Bahkan salah satu Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang ada di Kepulauan Nias akan melaporkan pengerjaan proyek tersebut ke pihak aparat penegak hukum.
Sementara, Kepala Dinas PUPR Nias Barat, Elyunus Waruwu saat dikonfirmasi terkait ini lewat pesan Whatsapp, Senin, (25/03/2019) tidak dibalas sampai diturunkan berita ini. (doeha)
from KabarInvestigasi I Portal Of Investigation https://ift.tt/2FrW1Hp
Berita Viral
No comments:
Post a Comment