MOKI, PATI-Siapa sangka, produksi garam di Kabupaten Pati mencapai 320 ton per tahun. Melihat kondisi ini, Bupati Pati Haryanto merasa keberatan dengan adanya penempatan gudang penyimpanan garam impor di wilayah Bumi Minatani.
Hal ini dikarenakan Pati merupakan salah satu produsen garam dengan jumlah yang cukup lumayan besar, meski jumlah produksinya belum bisa mencukupi kebutuhan garam skala nasional.
Mengingat kebutuhan garam nasional yang sangat besar dengan kebutuhan garam yang juga bermacam-macam baik dari jenis maupun kualitasnya.
Hal ini disampaikan oleh Bupati dalam acara Sosialisasi Daerah Program Pengembangan Usaha Garam Rakyat (Pugar) di Rumah Makan Kampung Pati, Desa Widorokandang Rabu (30/01).
Ketika pemerintah pusat mengambil kebijakan impor garam, Bupati mengaku pemerintah daerah tidak bisa berbuat banyak. Namun ia mengungkapkan, bersama Wakil Bupati pernah menyampaikan kepada Gubernur Jawa Tengah agar penyimpanan garam impor tidak ditempatkan di Kabupaten Pati.
"Mungkin bisa dialihkan ke wilayah lain seperti Grobogan, Blora, atau daerah lainnya. Karena ketika ditaruh di Pati hal ini menjadi tidak efektif lantaran Bumi Minatani merupakan wilayah produksi garam," ujarnya.
Dengan produksi garam Kabupaten Pati sebanyak 320 ton per tahun, pihaknya yakin jumlah itu masih bisa mencukupi kebutuhan untuk garam konsumsi. Untuk itu Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pati perlu mengawal agar sumber pencaharian masyarakat pesisir di Pati tetap aman dan tidak terpengaruh oleh garam impor.
"Ketika dari 320 ton dikalkulasi dengan dikali Rp. 1000/kg maka sudah mencapai 320 miliar. Jumlah tersebut kan termasuk lumayan, belum lagi ditunjang dari sektor lain seperti perikanan tambak dan lainnya," ungkap Bupati Haryanto.
Bupati berharap, program Pugar ini bisa diterima oleh masyarakat, karena Pemkab dan pemerintah pusat lewat KKP juga menggelontorkan bantuan yang tidak sedikit. Dimana sebelumnya bantuan diberikan senilai 10 miliar sekarang menjadi 11 miliar. Terlebih dengan adanya program Pugar yang terintegrasi, ia yakin setelah program Pugar terintegrasi dengan sistem geo isolator ini berjalan dengan sendirinya.
"Nantinya masyarakat yang masih menggunakan teknik produksi garam dengan cara tradisonal akan mulai mengikuti program ini. Karena hasil yang didapat untuk produksi garam dengan sistem ini bisa meningkatkan produksi," jelasnya.
Bupati juga menyampaikan, untuk menunjang program Pugar dan meningkatkan produktivitas petani garam di wilayah pesisir Kabupaten Pati, Pemerintah Desa (Pemdes) setempat juga bisa manfaatkan dana desa untuk mendukung produktivitas petani garam.
"Pemdes bisa alokasikan dana tersebut untuk membangun infrastruktur seperti saluran irigasi dan jalan. Justru, hal itu dianjurkan karena untuk produktivitas masyarakat," jelasnya. (Red)
Hal ini dikarenakan Pati merupakan salah satu produsen garam dengan jumlah yang cukup lumayan besar, meski jumlah produksinya belum bisa mencukupi kebutuhan garam skala nasional.
Mengingat kebutuhan garam nasional yang sangat besar dengan kebutuhan garam yang juga bermacam-macam baik dari jenis maupun kualitasnya.
Hal ini disampaikan oleh Bupati dalam acara Sosialisasi Daerah Program Pengembangan Usaha Garam Rakyat (Pugar) di Rumah Makan Kampung Pati, Desa Widorokandang Rabu (30/01).
Ketika pemerintah pusat mengambil kebijakan impor garam, Bupati mengaku pemerintah daerah tidak bisa berbuat banyak. Namun ia mengungkapkan, bersama Wakil Bupati pernah menyampaikan kepada Gubernur Jawa Tengah agar penyimpanan garam impor tidak ditempatkan di Kabupaten Pati.
"Mungkin bisa dialihkan ke wilayah lain seperti Grobogan, Blora, atau daerah lainnya. Karena ketika ditaruh di Pati hal ini menjadi tidak efektif lantaran Bumi Minatani merupakan wilayah produksi garam," ujarnya.
Dengan produksi garam Kabupaten Pati sebanyak 320 ton per tahun, pihaknya yakin jumlah itu masih bisa mencukupi kebutuhan untuk garam konsumsi. Untuk itu Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pati perlu mengawal agar sumber pencaharian masyarakat pesisir di Pati tetap aman dan tidak terpengaruh oleh garam impor.
"Ketika dari 320 ton dikalkulasi dengan dikali Rp. 1000/kg maka sudah mencapai 320 miliar. Jumlah tersebut kan termasuk lumayan, belum lagi ditunjang dari sektor lain seperti perikanan tambak dan lainnya," ungkap Bupati Haryanto.
Bupati berharap, program Pugar ini bisa diterima oleh masyarakat, karena Pemkab dan pemerintah pusat lewat KKP juga menggelontorkan bantuan yang tidak sedikit. Dimana sebelumnya bantuan diberikan senilai 10 miliar sekarang menjadi 11 miliar. Terlebih dengan adanya program Pugar yang terintegrasi, ia yakin setelah program Pugar terintegrasi dengan sistem geo isolator ini berjalan dengan sendirinya.
"Nantinya masyarakat yang masih menggunakan teknik produksi garam dengan cara tradisonal akan mulai mengikuti program ini. Karena hasil yang didapat untuk produksi garam dengan sistem ini bisa meningkatkan produksi," jelasnya.
Bupati juga menyampaikan, untuk menunjang program Pugar dan meningkatkan produktivitas petani garam di wilayah pesisir Kabupaten Pati, Pemerintah Desa (Pemdes) setempat juga bisa manfaatkan dana desa untuk mendukung produktivitas petani garam.
"Pemdes bisa alokasikan dana tersebut untuk membangun infrastruktur seperti saluran irigasi dan jalan. Justru, hal itu dianjurkan karena untuk produktivitas masyarakat," jelasnya. (Red)
from KabarInvestigasi I Portal Of Investigation http://bit.ly/2RrHYoV
Berita Viral
No comments:
Post a Comment