MOKI, Jakarta - Hiruk pikuk Pemilu serentak 2019 dengan lebih menonjolnya Pilpres ketimbang Pileg mendapat sorotan dari politikus sekaligus caleg senior partai Gokar Firman Soebagyo.
Menurutnya, fenomena dan sistem pemilu serentak legislatif dan pilpres seperti ini akan sangat mengganggu sistem kepemiluan legislatif khususnya. Pasalnya, keberadaan Pileg saat ini sudah sangat tidak diperhatikan baik oleh masyarakat maupun dari media massa baik cetak maupun electronik dan medsos.
"Banyak media massa sudah tidak tertarik untuk mengekspos atau memuat berita-berita soal Pileg khususnya caleg sendiri adalah sebuah kemunduran. Padahal Pileg ini tidak kalah penting dari Pilpres karena ini menyangkut lembaga legislatif" yg juga penyelenggara negara ,kata Firman di gedung DPR, Selasa (26/3/2019).
Firman menjelaskan, pentingnya Pileg itu sendiri untuk diperhatikan oleh masyarakat adalah mereka (caleg) nanti akan terpilih untuk mewakil suara masyarakat di legislatif. Dan apabila hal ini tidak digaungkan seperti halnya Pilpres maka masyarakat tidak akan tahu siapa calon wakilny yga baik dan yg memounyai hisu misi yg jelas utk memperjuangkan hak rakyat dan jng sampai rakyat memilih orang yg salah krn semakin prakmatisnya masarakat dan jng sampai sesat utk memikih wakilnya yg salah.
"Ketika Pileg tidak terpublikasi dengan baik apalagi caleg-caleg tersebut jika nanti terpilih akan mewakil suara rakyat di tingkat legislatif benar-benar tidak terpublis atau tersosialisasi dengan baik. Maka, kemungkinan masyarakat pada saat nanti pemilihan akan mendapatkan wakil rakyat yang asal-asalan karena mereka sudah membeli kucing dalam karung dan ini sangat bahaya," terang anggota Komisi II DPR ini.
Lebih lanjut Firman pun merasa menyesal dengan pelaksanaan Pemilu serentak kali ini akibat dari UU inisatif pemerintah dan yg juga dibentuk oleh DPR .Sebab, saat ini para caleg-caleg akan maju di Pileg sudah terbawa arus Pilpres dengan membela capres maupun cawapres masing-masing ketimbang mereka harus mensosialisasikan program mereka dan partai yang seharusnya juga menjadi prioritas mereka agar bisa terpilih menjadi wakil rakyat.
"Saat ini kita sudah melihat fenomena caleg-caleg sekarang yang susah terbawa arus dan tidak peduli akan Pileg dan lebih bersemangat untuk membela capres masing-masing semakin membuat sistem Pemilu kali ini sudah sedemikian memprehatinkan," sesal Mantan Wakil Ketua Baleg DPR ini.
Untuk itu, sebagai politisi senior maupun caleg dari Golkar dapil Jateng 3 ini mendorong baik iPemerintah mapun DPR agar kedepan bisa melakukan evaluasi dan revisi terhadap UU Pemilu dengan tidak menggabungkan lagi Pileg dan Pilpres secara serentak.
"Kalau kita mau buat Pemilu yang lebih baik dan berkualitas hendaknya Pemilu harus dipisah dengan melakukan Pileg secara serentak lebih dulu untuk mendapatkan wakil rakyat yang berkualitas dan setelah itu baru dilakukan pemiku eksekutiv secara serentak pemilubkada Kab /kita dan provinsu dan pilpres utk memilih sosok pemimpin kepala daerah dan kep negara melalui Pilpres setelah Pileg dilakukan," tegas Firman. (Red)
Menurutnya, fenomena dan sistem pemilu serentak legislatif dan pilpres seperti ini akan sangat mengganggu sistem kepemiluan legislatif khususnya. Pasalnya, keberadaan Pileg saat ini sudah sangat tidak diperhatikan baik oleh masyarakat maupun dari media massa baik cetak maupun electronik dan medsos.
"Banyak media massa sudah tidak tertarik untuk mengekspos atau memuat berita-berita soal Pileg khususnya caleg sendiri adalah sebuah kemunduran. Padahal Pileg ini tidak kalah penting dari Pilpres karena ini menyangkut lembaga legislatif" yg juga penyelenggara negara ,kata Firman di gedung DPR, Selasa (26/3/2019).
Firman menjelaskan, pentingnya Pileg itu sendiri untuk diperhatikan oleh masyarakat adalah mereka (caleg) nanti akan terpilih untuk mewakil suara masyarakat di legislatif. Dan apabila hal ini tidak digaungkan seperti halnya Pilpres maka masyarakat tidak akan tahu siapa calon wakilny yga baik dan yg memounyai hisu misi yg jelas utk memperjuangkan hak rakyat dan jng sampai rakyat memilih orang yg salah krn semakin prakmatisnya masarakat dan jng sampai sesat utk memikih wakilnya yg salah.
"Ketika Pileg tidak terpublikasi dengan baik apalagi caleg-caleg tersebut jika nanti terpilih akan mewakil suara rakyat di tingkat legislatif benar-benar tidak terpublis atau tersosialisasi dengan baik. Maka, kemungkinan masyarakat pada saat nanti pemilihan akan mendapatkan wakil rakyat yang asal-asalan karena mereka sudah membeli kucing dalam karung dan ini sangat bahaya," terang anggota Komisi II DPR ini.
Lebih lanjut Firman pun merasa menyesal dengan pelaksanaan Pemilu serentak kali ini akibat dari UU inisatif pemerintah dan yg juga dibentuk oleh DPR .Sebab, saat ini para caleg-caleg akan maju di Pileg sudah terbawa arus Pilpres dengan membela capres maupun cawapres masing-masing ketimbang mereka harus mensosialisasikan program mereka dan partai yang seharusnya juga menjadi prioritas mereka agar bisa terpilih menjadi wakil rakyat.
"Saat ini kita sudah melihat fenomena caleg-caleg sekarang yang susah terbawa arus dan tidak peduli akan Pileg dan lebih bersemangat untuk membela capres masing-masing semakin membuat sistem Pemilu kali ini sudah sedemikian memprehatinkan," sesal Mantan Wakil Ketua Baleg DPR ini.
Untuk itu, sebagai politisi senior maupun caleg dari Golkar dapil Jateng 3 ini mendorong baik iPemerintah mapun DPR agar kedepan bisa melakukan evaluasi dan revisi terhadap UU Pemilu dengan tidak menggabungkan lagi Pileg dan Pilpres secara serentak.
"Kalau kita mau buat Pemilu yang lebih baik dan berkualitas hendaknya Pemilu harus dipisah dengan melakukan Pileg secara serentak lebih dulu untuk mendapatkan wakil rakyat yang berkualitas dan setelah itu baru dilakukan pemiku eksekutiv secara serentak pemilubkada Kab /kita dan provinsu dan pilpres utk memilih sosok pemimpin kepala daerah dan kep negara melalui Pilpres setelah Pileg dilakukan," tegas Firman. (Red)
from KabarInvestigasi I Portal Of Investigation https://ift.tt/2FKCbIJ
Berita Viral
No comments:
Post a Comment