Berdasarkan pantauan, Rabu (26/9), para pedagang umumnya terlihat duduk-duduk saja di dekat etalase berisi barang emas yang mereka ingin jual.
"Belum ramai, masih seperti biasa saja, sepi sejak beberapa hari belakangan ini," kata Irvan pedagang emas yang bermukim di kawasan Wara, Desa Batu merah, Ambon, Maluku, Rabu.
Apalagi sudah tidak ada momentum khusus seperti hari raya, tahun ajaran baru, maupun liburan yang memerlukan biaya yang besar, sehingga transaksi emas masih sepi.
Begitu juga yang datang untuk menjual tidak begitu banyak, paling tidak dua atau tiga gram saja, katanya, dan itu pun dalam satu minggu yang berhasil dibeli empat gram saja.
"Jadi masih sepi, kecuali teman-teman yang melakukan perbaikan yakni kegiatan solder dengan harga satu titik emas yang rusak harganya Rp20.000/titik yang rusak, dan itu tiap hari ada saja warga yang datang untuk perbaikan," katanya.
Hal itu, lanjut dia, mendorong para pedagang emas mulai menyiapkan alat solder.
Menurut Irvan, kalau ada kerusakan yang berlebihan, maka harus sepakat dulu sebelum dilakukan solder. Kalau rusaknya banyak harus ada penambahan emas. Itu berarti bayarannya bervariasi Rp25.000 hingga Rp30.000 /titik.
"Kalau emas yang mau dibeli dari warga banyak yang putus atau emasnya sudah lama berarti harga belinya Rp430.000 hingga Rp450.000/gram," ujarnya.
Kalau setuju kami beli, katanya. Harga emas yang lebih rendah itu, kata dia, sebab akan diperbaiki dan dicuci lagi sebelum dijual kembali kepada warga dengan harga Rp530.000/gram.
Kondisi tersebut sudah berlangsung sejak Pegadaian tidak lagi melelang emas.
"Apalagi sekarang ini pihak Pegadaian Ambon sudah lama tidak melakukan pelelangan seperti biasa, tetapi mereka jual sendiri," ujarnya. (MP-3)
from Malukupost.com https://ift.tt/2NPzMlA
#beritaviral
No comments:
Post a Comment